Rabu, 18 April 2012

Perjalanan Ke Liberia

Kunjungan kali ini tidak hanya Negara Pantai Gading tetapi juga sampai ke Negara Liberia. Kunjungan ke Pantai Gading hampir sama dengan kondisi tahun sebelumnya dan sudah saya ceritakan pada episode yang lalu.

Kunjungan ke Liberia dilakukan dalam rangka penilaian asset berupa kebun karet milik SIPH Prancis. Liberia berbatasan dengan Negara Pantai Gading dan dipisahkan dengan sungai. Jadi kita berpindah Negara hanya dengan menaiki speed boat atau tongkang.

Negara Liberia merupakan bentukan dari pada para bekas budak dari benua Amerika yang mendirikan Negara yang pada awalnya sempat diperintah oleh warga Negara AS. Nama daerahnya banyak menyerupai nama daerah di AS. Salah satunya adalah Maryland County. Kunjungan saya salah satunya ke sini.

Berikut foto-foto perjalanan tersebut :

Kamis, 04 Februari 2010

Penilaian Kebun Kelapa Sawit di Pantai Gading ( Cote d’ Ivoire)

Kunjungan ke Negara Pantai Gading Afika Barat ini adalah perjalanan ku kedua kalinya. Perjalanan kali ini adalah dari tanggal 16 Januari s.d 26 Januari 2010. Sebelumnya pada bulan Juli 2009. Tugas kami dari konsultan adalah menilai kebun milik group perusahaan PalmCi ( Sifca Group).
Perjalanan di mulai dari Jakarta menuju Dubai sebagai bandara transit yang ditempuh sekitar 8 jam. Kemudian dilanjutkan ke Abidjan Pantai Gading sekitar 10 jam dengan pesawat Air bus 340. Dari Dubai kita melewati banyak Negara –negara Afrika termasukk Sudan, Ghana, dan lain-lain.
Secara umum Negara Pantai Gading masih jauh tertinggal disbanding dengan Negara kita. Kondisi infrastruktur dan kondisi perumahan masyarakatnya, terutama dipedesaan masih sangat sederhana.
Negara ini juga terletak di daearah tropis dengan kondisi alam di daerah pantainya masih cukup hujan, sedangkan kea rah utara sudah mulai terdiri dari hutan safana. Sehingga secara keseluruhan di wilayah selatan Negara ini realatif subur, sedangkan di bagian utara sudah mulai kurang hujan.

Mengingat Negara ini masih terbelakang, semua kebutuhan dalam negeri mereka di impor dari Eropa dan China. Negara ini dulunya jajahan Prancis, sehingga sampai saat ini Bahasa Nasional mereka adalah Bahasa Prancis. Akibat dari semuanya impor biaya hidup menjadi sangat mahal, sedangkan pendapatan utama masyarakat masih dibidang pertanian dan sebagian tambang.
Melihat sebagian lahan mereka masih cukup subur maka Negara ini tidak lah termasuk Negara Afrika yang sering mengalami kelaparan karena kekurangan pangan. Justru Negara ini lebih banyak dimanfaatkan oleh Negara lain sebagai pasar untuk produk produk manufaktur yang tidak dihasilkan oleh Negara ini. Seperti mobil keluaran terbaru Eropa berkeliaran disini, demikian juga mobil Jepang dan Korea. Sedangkan kendaraan roda dua kebanyakn dari Cina. Yang anehnya di daerah perkotaan mereka jarang yang mengendaraai sepeda motor. Hanya di daerah pedesaan ditemui kendaraan roda dua.
Pasar tradisionalnya masih sangat sederhana, dengan menjual hasil bumi seperti ubi, pisang, buah-buahan dan lain-lain. Namun tampilannya masih sangat sederhana. Masih banyak dijumpai rumah-rumah dari tanah liat dengan rangka bamboo.
Demikian sekilas kondisi Negara Pantai Gading , nanti akan kita sambung lagi.

Rabu, 19 Agustus 2009

Dalam Terang Cahaya Keheningan

Oleh Gede Prama

Sebuah peradaban yang riuh, demikian sebuah komentar mencoba menyimpulkan kehidupan di awal abad 21. Lebih-lebih ketika menghampar bencana di mana-mana. Perang, bencana alam, krisis (energi, pangan). Berkaitan dengan krisis energi dan pangan, banyak yang sepakat kalau sedang terjadi kepanikan global.

Ada yang menelaah wajah peradaban ini tidak dengan analisis, namun dengan lelucon. Suatu hari seorang pemuda kebingungan memilih isteri. Datanglah dia pada seorang sesepuh. Dan diberitahulah syarat-syarat calon isteri yang baik. Dari berwajah cantik, puteri orang kaya, bekerja, berkinerja dahsyat di tempat tidur sampai dengan bisa diminta mengepel lantai.

Ternyata, setelah dicari-cari tidak ada wanita ideal seperti itu. Bila cantik, puteri orang kaya, wanita karir, maka harga yang harus dibayar, suaminya terpaksa mengisi keseharian dengan mengepel lantai, sambil bernyanyi sendu lirik lagu “diriku tak pernah lepas dari penderitaan”.

Semakin dipertentangkan, semakin panas

Peradaban manusia serupa, setiap kelebihan meminta ongkos berupa kekurangan. Keserakahan hanya mau kelebihan, dan berharap kelebihan tidak berubah-ubah menjadi kekurangan, itulah awal kehidupan yang riuh dan penuh penderitaan.

Dulu ketika dunia dibuat takut oleh potensi perang bintang antara dua negara adi kuasa, tidak ada tanda-tanda ketakutan akan bom teroris. Sekarang ketika ketakutan perang global berhenti, bahkan memasuki hotel pun harus diperiksa petugas keamanan.

Nasib bangsa ini setali tiga uang. Ia terlihat berputar dari satu ketidakpuasan menuju ketidakpuasan lain, karena manusianya menolak semua kekurangan. Di zaman orde baru, sebagian hak-hak politik memang dikekang, tapi di zaman itu harga pangan, papan dan minyak terjangkau. Di zaman reformasi ini, kebebasan politik berkibar-kibar, siapa pun boleh dikritik, namun ia harus dibayar dengan harga pangan, papan dan minyak yang semakin jauh dari jangkauan. Persis sama dengan lelucon pemuda yang bingung mencari isteri, setiap kelebihan harus dibayar dengan kekurangan.

Di tengah pengapnya peradaban oleh banyak sekali ketidakpuasan, tidak terhitung jumlah rapat, konferensi, wacana, seminar sampai kuliah tingkat tinggi di perguruan tinggi yang mau mencoba mengurai situasi. Dan ternyata, semakin diperdebatkan peradaban jadi semakin panas.

Bila ada hasilnya, peradaban akan tambah sejuk. Namun sebagaimana dirasakan bersama, bumi tambah panas baik secara fisik, psikologis, spiritual. Jika ditelusuri lebih dalam kehidupan manusia, ia ditandai kelahiran dengan tangisan bayi yang riuh, serta kematian plus tangisan orang yang ditinggalkan yang juga riuh. Bila di tengah-tengahnya juga riuh dengan perdebatan dan perkelahian, menimbulkan pertanyaan mendalam, kapan manusia punya kesempatan berjumpa keheningan?

Menjadi satu dengan alam

Alam sebagai guru bertutur terang, semuanya berubah, semuanya membawa kelebihan-kekurangan. Siang berganti malam, malam berganti siang. Bila gunung tinggi, jurangnya dalam. Diperdebatkan atau tidak, tetap seperti ini. Memahami dalam-dalam sifat alami inilah yang membukakan keheningan.

Seorang guru yang punya banyak murid di Barat agak terang dalam hal ini. Tahapan memasuki pintu keheningan sebenarnya sederhana. Pertama-tama, belajar dari alam. Kemudian hidup sesuai prinsip-prinsip alami. Sebagai hasilnya, manusia bisa melihat kebenaran di balik alam. Dan ujung-ujungnya baru bisa menjadi satu dengan alam. Sebelum menyatu dengan alam, manusia akan terus berputar dari satu penderitaan ke penderitaan lain.

Ia yang bersatu dengan alam tahu, ada bimbingan, ada kesempurnaan, ada keindahan di sana. Laut sebagai contoh, ia membawa bimbingan-bimbingan. Sama dengan hidup manusia, ada gelombang tinggi (baca: kaya, dikagumi), ada gelombang rendah (kehidupan orang biasa). Namun tanpa memandang tinggi-rendah, gelombang mana pun ikhlas dan rendah hati pada bibir pantai. Seperti sedang bercerita, ikhlas dan rendah hatilah, ini yang membuat kematian berhenti berwajah menakutkan.

Siapa yang mengisi kesehariannya dengan keikhlasan dan kerendahatian, akan menemukan bahwa alam sebenarnya sebuah perpustakaan agung. Berlimpah pengetahuan dan kebijaksanaan yang disimpan di sana. Perhatikan laut lebih dalam lagi. Di permukaan ia senantiasa bergelombang. Sama dengan hidup manusia. Di kedalaman yang dalam, tidak ada gerakan apa lagi gelombang. Hanya hening yang melukis keindahan dan kesempurnaan.

Cermati apa yang ditulis Zenkei Shibayama dalam A Flower does not talk: “silently a flower blooms, in silence it falls away….pure and fresh are the flowers with dew….calmly l read the True Word of no letters”. Bunga mekar tanpa suara, berguguran juga tanpa suara. Tanpa keluhan tanpa perdebatan. Ada kesucian yang menggetarkan dalam bunga yang berhiaskan embun pagi. Dalam bimbingan hening, tiba-tiba terbaca makna tanpa kata-kata. Zenkei Shibayama menyebutnya Scripture of no letters. Tanpa kata-kata, tanpa keriuhan. Hanya sebuah hati yang berkelimpahan dalam dirinya!

Kembali ke cerita awal tentang peradaban yang riuh, dunia memang sedang dibelit krisis. Namun ketika kata-kata, perseteruan memperpanas suhu panas peradaban yang sudah panas, mungkin ini saatnya membaca Scripture of no letters. Ada yang menyebutnya pengetahuan di dalam yang hanya membuka dirinya di puncak keheningan.

Untuk melangkah ke sana, mulailah hidup sesuai hukum alam. Ia yang mengalir bersama alam, tersenyum pada setiap putaran alam tahu sebenarnya tidak ada hukuman. Apa yang kerap disebut sebagai bencana, sebenarnya hanya undangan laut untuk menyelam semakin dalam. Memasuki wilayah-wilayah tanpa gelombang (baca: tanpa perdebatan) namun penuh keheningan.

Sebagaimana ditulis rapi oleh kehidupan para Mahasidha (manusia yang menjadi agung karena melewati banyak rintangan seperti Jalalludin Rumi, Bunda Theresa, Milarepa, Mahatma Gandhi), awalnya bencana terlihat sebagai cobaan. Namun begitu dialami, ia memperkuat otot-otot kehidupan. Persis seperti otot fisik yang kuat karena banyak dilatih. Bila begini cara memandangnya, bencana bukannya membawa kegelapan kemarahan, ia membawa cahaya penerang.

Berbekalkan ketekunan, bencana membuat batin kebal dengan penderitaan. Kekebalan ini kemudian membuat manusia bisa menyambut semua dualitas (baik-buruk, sukses-gagal, hidup-mati) dengan senyuman yang menawan. Inilah secercah cahaya keheningan. Ia menyisakan hanya satu hal: compassion is the only nourishment. Dualitas memang lenyap, kasih sayang kemudian membuat kehidupan berputar.

Rabu, 19 November 2008

RENCANA INVESTASI


1.1 Pengertian Investasi

Berdasarkan teori ekonomi, investasi berarti pembelian (dan berarti juga produksi) dari kapital/modal barang-barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang (barang produksi). Contoh termasuk membangun rel kereta api, atau suatu pabrik, pembukaan lahan, atau seseorang sekolah di universitas. Untuk lebih jelasnya, investasi juga adalah suatu komponen dari PDB dengan rumus PDB = C + I + G + (X-M). Fungsi investasi pada aspek tersebut dibagi pada investasi non-residential (seperti pabrik, mesin, dll) dan investasi residential (rumah baru). Investasi adalah suatu fungsi pendapatan dan tingkat bunga, dilihat dengan kaitannya I= (Y,i). Suatu pertambahan pada pendapatan akan mendorong investasi yang lebih besar, dimana tingkat bunga yang lebih tinggi akan menurunkan minat untuk investasi sebagaimana hal tersebut akan lebih mahal dibandingkan dengan meminjam uang. Walaupun jika suatu perusahaan lain memilih untuk menggunakan dananya sendiri untuk investasi, tingkat bunga menunjukkan suatu biaya kesempatan dari investasi dana tersebut daripada meminjamkan untuk mendapatkan bunga.

Setiap investor yang akan membelanjakan uangnya, akan selalu merencanakan terlebih dahulu apa yang akan diproduksinya, berapa biaya yang harus dia keluarkan dan berapa hasil yang akan dia peroleh.

Tahap pertama memahami studi kelayakan atau business plan adalah Total Investasi yang dibutuhkan. Rincian biaya investasi ini perlu diketahui untuk mengetahui kewajaran masing-masing item biaya investasi. Yang termasuk biaya investasi adalah :

  • 1. Tanah
  • 2. Bangunan
  • 3. Mesin-mesin Pabrik
  • 4. Sarana prasarana
  • 5. Kendaraan
  • 6. Pra Operasi

Memang rincian investasi ini akan beragam sesuai dengan kompleksitas sebuah proyek. Total dari nilai investasi ini menjadi titik tolak dari kewajaran sebuah investasi. Selain itu nilai investasi ini juga menggambar kelayakan investasi yang kita rencanakan. Apabila nilai investasi ini lebih besar dibandingkan dengan proyek sejenis dengan asumsi kapasitas dan hal-hal yang mempengaruhi nilai pendapatan sama, maka hal ini perlu dicermati.


Tanah

Tanah yang dimaksud disini adalah nilai perolehan tanah. Sebagian besar proyek-proyek yang bersifat jangka panjang biasanya memerlukan tanah. Seperti perkebunan, pabrik-pabrik , jalan toll dan sebagainya.


Perolehan tanah dapat diperoleh dari pemerintah atau pembebasan dari masyarakat. Investasi perkebunan biasanya perolehan tanahnya berasal dari pemerintah. Sedangkan untuk dengan luas lebih kecil maka biasanya diperoleh dari pembebasan dari masyarakat.

Surat bukti kepemilikan tanah untuk perkebunan biasanya adalah Hak Guna Usaha ( HGU), sedangkan untuk pabrik atau industry menengah berupa Hak Guna Bangunan (HGU).

Nilai tanah akan dipengaruhi oleh letak, lokasi, aksesibilitasnya serta kondisi tanahnya ( misalnya daerah perbukitan, daerah datar (flat) , daerah rendahan atau rawa dan gambut).

Bangunan

Bangunan adalah asset dibangun sesuai dengan kebutuhan dan speknya. Nilai bangunan akan dipengruhi oleh spek serta jenis bahan. Bangunan dengan konstruksi baja akan berbeda dengan konstruksi beton. Bangunan bertingkat akan berbeda dengan bangunan tanpa tingkat. Bangunan pabrik beda dengan bangunan gudang. Untuk diperlukan rincian dari bangunan yang akan dibangun.

Mesin-mesin Pabrik

Mesin-mesin pabrik ini adalah bagian yang cukup penting diketahui. Banyak mesin yang tersedia untuk produk yang sama. Mesin-mesin ini harus disesuaikan dengan kapasitas dan jumlah poduksi yang direncanakan. Apabila mesin yang direncanakan lebih besar, maka perlu diingat bahan baku yang tersedia. Selain itu banyak perusahaan pemasok mesin-mesin dari dalam negeri juga dari impor. Semua itu harus diperhatikan dan dikaji lebih dalam. Hal ini dapat ditanyakan kepada penyusun mesin dan spesifikasi dari mesin-mesin tersebut.

Mesin yang tersedia beserta teknologinya juga beragam. Ada mesin baru dan ada juga mesin recondition (mesin lama yang direhab). Ada juga yang menggunakan tekhnologi mutahir dan ada juga yang relative sudah usang ( conventional).

Semua kondisi mesin-mesin diatas mempengaruhi nilai investasi pabrik tersebut.

Sarana pra sarana

Sarana prasarana banyak arti baik berupa utilitas seperti genset, mesin pompa, pagar dan lain sebagainya. Intinya sarana prasarana adalah alat yang membantu dalam proses produksi dan setelah produksi.

Kendaraan

Meliputi jenisnya, jumlah unitnya serta penggunaanya.

Biaya Pra Operasi

Meliputi biaya perijinan, biaya operasional sebelum proyek menghasilkan seperti gaji, dan lain-lain.

1.2 Sumber Pendanaan

Sumber pendanaan atau pembiayaan dapat diperoleh dengan berbagai cara, diantaranya modal sendiri ( usaha sendiri, warisan dan lain sebagainya), pinjaman ( dari bank, rentenir, lembaga non bank dan lain sebagainya) dan obligasi atau surat utang). Berikut ini akan kita fokuskan hanya pada kredit bank.

Kredit merupakan suatu fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang atau badan usaha untuk meminjam uang untuk membeli produk dan membayarnya kembali dalam jangka waktu yang ditentukan. UU No. 10 tahun 1998 menyebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka watu tertentu dengan pemberian bunga. Jika seseorang menggunakan jasa kredit, maka ia akan dikenakan bunga tagihan.


Syarat kredit

Ketika bank memberikan pinjaman uang kepada nasabah, bank tentu saja mengharapkan uangnya kembali. Karenanya, untuk memperkecil resiko (uangnya tidak kembali, sebagai contoh), dalam memberikan kredit bank harus mempertimbangkan beberapa hal yang terkait dengan itikad baik (willingness to pay) dan kemampuan membayar (ability to pay) nasabah untuk melunasi kembali pinjaman beserta bunganya. Hal-hal tersebut terdiri dari Character (kepribadian), Capacity (kapasitas), Capital (modal), Colateral (jaminan), dan Condition of Economy (keadaan perekonomian), atau sering disebut sebagai 5C (panca C).

Karakter

Watak, sifat, kebiasaan debitur (pihak yang berutang) sangat berpengaruh pada pemberian kredit. Kreditur (pihak pemberi utang) dapat meneliti apakah calon debitur masuk ke dalam Daftar Orang Tercela (DOT) atau tidak. Untuk itu kreditur juga dapat meneliti biodatanya dan informasi dari lingkungan usahanya. Informasi dari lingkungan usahanya dapat diperoleh dari supplier dan customer dari debitur. Selain itu dapat pula diperoleh dari Informasi Bank Sentral, namun tidak dapat diperoleh dengan mudah oleh masyarakat umum, karena informasi tersebut hanya dapat di akses oleh pegawai Bank bidang perkreditan dengan menggunakan password dan komputer yang terhubung secara on-line dengan Bank sentral.

Kapasitas

Kapasitas adalah berhubungan dengan kemampuan seorang debitur untuk mengembalikan pinjaman. Untuk mengurukurnya, kreditur dapat meneliti kemampuan debitur dalam bidang manajemen, keuangan, pemasaran, dan lain-lain.

Modal

Dengan melihat banyaknya modal yang dimiliki debitur atau melihat berapa banyak modal yang ditanamkan debitur dalam usahanya, kreditur dapat menilai modal debitur. Semakin banyak modal yang ditanamkan, debitur akan dipandang semakin serius dalam menjalankan usahanya.

Jaminan

Jaminan dibutuhkan untuk berjaga-jaga seandainya debitur tidak dapat mengembalikan pinjamannya. Biasanya nilai jaminan lebih tinggi dari jumlah pinjaman.

Kondisi ekonomi

Keadaan perekonomian di sekitar tempat tinggal calon debitur juga harus diperhatikan untuk memperhitungkan kondisi ekonomi yang akan terjadi di masa datang. Kondisi ekonomi yang perlu diperhatikan antara lain masalah daya beli masyarakat, luas pasar, persaingan, perkembangan teknologi, bahan baku, pasar modal, dan lain sebagainya.

Hal-hal yang Diperjanjikan Dalam Perjanjian Kredit

  • Jangka waktu kredit
  • Suku bunga
  • Cara penbayaran
  • Agunan/ jaminan kredit
  • Biaya administrasi
  • Asuransi jiwa dan tagihan

Kamis, 28 Agustus 2008

Tinjauan Umum Industri Bahan Peledak di Indonesia

Umum

Bahan peledak merupakan bahan yang sangat berbahaya dan perlu diawasi sejak dari pengadaan, pengangkutan, penyimpanan, penggunaan sampai dengan pemusnahannya. Oleh karena itu, sistem pembinaan dan pengawasannya harus tepat dan ketat, sehingga dapat diperkecil kemungkinan untuk bisa disalahgunakan. Sebagai Dual Munition agent, di satu sisi bahan peledak bermanfaat untuk mendukung kelancaran pelaksanaan pembangunan nasional, namun akan sangat berbahaya apabila disalahgunakan terutama untuk kepentingan kegiatan terrorism. Sesuai Undang-undang Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan, maka pengawasan dan pengendalian terhadap pengelolaan bahan peledak dilaksanakan secara terkoordinasi terpadu antar instansi dan dikoordinasikan oleh Departemen Pertahanan.

Bahan peledak adalah suatu bahan atau zat yang berbentuk padat, cair, gas atau campuran yang apabila dikenai suatu aksi berupa panas, benturan atau gesekan akan berubah secara kimiawi menjadi zat-zat lain yang sebagian besar atau seluruhnya berbentuk gas dan perubahan tersebut berlangsung dalam waktu yang sangat singkat, disertai efek panas dan tekanan yang sangat tinggi.

Bahan kimia yang biasa dipergunakan sebagai bahan peledak sangat banyak jenisnya. Pengelompokan bahan-bahan peledak ini juga dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :

1. Bahan peledak berdasarkan komposisi senyawa kimia

Pengelompokan bahan peledak secara ilmiah berdasarkan komposisi senyawa kimia dibagi atas bahan peledak senyawa murni (tunggal) dan bahan peledak campuran. Berikut ini penjelasan jenis bahan peledak berdasarkan komposisi senyawa kimia :

  • Bahan peledak senyawa murni (tunggal)

Bahan peledak jenis dikelompokkan atas 2 kelompok yaitu bahan peledak murni (Primary Explosive) dan bahan peledak kuat (High Explosive). Bahan peledak yang termasuk kedalam jenis bahan peledak utama (Primary Explosive) adalah Mercury fulminat, Timbal azida, Sianurat triazia (CTA). Diazodinitrofenol (DDNP), Tetrasen, Heksametilendiamin peroksida (HMTD). Sedangkan yang termasuk bahan peledak kuat (high Explosive) adalah Nitrometan, Dinitromentan, Trinitrometan atau Nitroform, Tetranitrometan, Nitrobenzen (NB), Dinitrobenzen, Trinitrobenzen, Mononitrotoluen (MNT), Dinitrotoluen (DNT), Trinitrotoulen (TNT), Dinitro-m-Xylen (DNX), Trinito-M-Xylen (TNX), Mononitronaftalen (MNN), Dinitrofenol, Trinitrofenol, Ammonium pitrat, Trinitro-m-kresol, Trinitroanisol (TNA), Trinifenentol (TNP), Trinitroanilin, Tetranitroanilin, heksanitrofenilamin, Heksanitro azobenzen, Heksanitridifenilsulfit, Metil nitrat, Etil nitrat, Etilen glikol mononitrat, Etilen gloikol dinitrat (EGDN), Dietilen glikol dinitrat (DEGN), Propilen-1, Butilen-1, Gliserol mononitrat, Gliserol dinitrat, Gliserol trinitrat, Nitrogliserin (NG). Kloroidrin dinitrat, Digliserol tetranitrat, Ritritol tetraitrat, Pentaeritritol tetranitrat (PETN), Mannitol heksanitrat (HMN), Dipentaeritritol heksanitrat (Dipen), Nitroselulosa (NG), Nitroamilum, Nitroamin, Metil nitramin, Dimetilnitramin, Etildnitramin (EDNA), Nitroguanidin, Nitrodietanolamin dinitrat (DINA), Tetranitro-N-Metilamin (Tetril), Trinitro-1, Tetranitro-1, Ammonium nitrat, Guanidin nitrat, Urea nitrat, ammonium klorat Ammonium perklorat.

  • Bahan peledak campuran.

Bahan peledak campuran banyak digunakan karena memiliki keuntungan yang lebih banyak jika dibandingkan dengan bahan peledak tunggal. Bahan peledak campuran ini dikelompokkan atas bahan peledak kuat (High Explosive) dan bahan peledak lemah (Low Explosive).

Bahan peledak kuat berupa campuran ini banyak digunakan baik dalam bidang militer maupun sipil (komersial) dengan tujuan sebagai penghancur. Tergolong bahan peledak kuat adalah Amatol, Ammona, Amonium Nitrat Fuel Oil (ANFO), Siklotol, Dinamit, Oktol, Pentolit, Pikratol, Torpeks, Tritoal, dan Bom plastik.

Sedangkan bahan peledak lemah bukan merupakan bahan peledak penghancur, tetapi digunakan sebagai bahan isian pendorong pada amunisi. Bahan pendorong ini dikenal jua dengan nama Propelan. Termasuk kedalam tergolog propelan ini, antara lain Bubuk hitam (black powder), Bubuk tak berasap (smokeless powder), Bahan pendorong roket (rocket propellantas), dan Bahan pendorong cair (liquid propelant).

2. Bahan peledak berdasarkan kegunaan

Pengelompokkan Bahan peledak menurut kegunaannya ada lima kelas/kategori meliputi :

  • Bahan peledak “Blasting” dan / atau “Bursting”

Bahan peledak “Blasting” yaitu bahan peledak yang digunakan untuk pertambangan, konstruksi dan sejenisnya. Sedangkan bahan peledak Bursting adalah bahan peledak yang digunakan dalam sistem senjata, seperti bom, granat, kepala ledak dan sejenisnya. Bahan peledak “blasting” dan/atau “Bursting” tersebut terdiri dari 5 (lima) tipe :

Tipe A.

Berupa nitrat organic cair (seperti Nitrogliserin) atau campurannya dengan satu atau lebih bahan-bahan sebagai berikut : Nitrocellulose, Ammonium Nitrat anorganik lainnya, derivativ nitroaromatik atau bahan-bahan yang mudah terbakar, seperti serbuk kayu (“wood meal”) dan serbuk Aluminium.

Tipe B.

Terdiri dari dua jenis :

  • Campuran Ammonium Nitrat atau Nitrat Anorganik dengan TNT dan/tanpa “Ingredient” lain seperti serbuk kayu (“wood meal”) atau serbuk Aluminium, serta tidak mengandung Nitrogliserin atau cairan nitrat/klorat organik sejenisnya.
  • Campuran Ammonium Nitrat atau nitrat anorganik dengan bahan yang mudah terbakar serta tidak mengandung Nitrogliserin atau cairan nitrat/klorat organik sejenisnya.

TipeC.

Campuran Kalium/Natrium Klorat atau Kalium/Natrium/Ammonium Perklorat dengan derivativ nitroorganik atau bahan yang mudah terbakar, seperti serbuk kayu (wood meal”), serbuk Aluminium atau Hidrokarbon, serta tidak mengandung Nitrogliserin atau cairan nitrat organic sejenisnya.

Tipe D.

Campuran senyawa nitrat organik dengan bahan yang mudah terbakar, seperti Hidrokarbon dan serbuk Aluminium, serta tidak mengandung Nitrogliserin, cairan nitrat/klorat organik sejenisnya atau Ammonium Nitrat.

Tipe E.

Campuran/larutan air (sebagai “ingredient” pokok) dengan sejumlah banyak Ammonium Nitrat atau oksidator lainya seta dapat mengandung derivativ nitro (seperti TNT), Hidrokarbon atau Serbuk Aluminium.

§ Bahan peladak “Catridge”, yaitu bahan peledak sejenis bahan peledak “Blasting” atau “Bursting” yang dipergunakan sebagai pembentuk “Metal Projectil” yang berkemampuan tambus/potong.

§ Bahan peledak “Propellant”, yaitu bahan peledak yang dipergunakan sebagai pembetuk gas pendorong dalam peluru senjata atau motor roket.

§ Bahan peledak “Fuse”, yaitu bahan peledak yang dipergunakan sebagai “pemula” suatu rangkaian proses peledakan, baik secara penyalaan/deflagrasi maupun secara detonasi.

§ Bahan peledak “Pyrotechnic”, yaitu bahan peledak yang dipergunakan sebagai pembentuk panas, gas, warna dan lain sebagainya.

3. Bahan peledak berdasarkan lingkungan penggunaannya

Pengelompokkan bahan peledak berdasarkan lingkungan penggunaannya yaitu bahan peledak militer dan bahan peledak komersial. Untuk bahan peledak militer, pembinaan dan pengendaliannya diatur khusus oleh Departemen Pertahanan. Untuk pengawasan pengendalian bahan peledak komersial, maka perlu disusun suatu Pedoman Pembinaan dan Pengendalian bahan peledak komersial oleh Polri dan Departemen Perindustrian dan Perdagangan.

Berikut ini penjelasan jenis bahan peledak berdasarkan lingkungan penggunaannya :

  • Bahan peledak militer.

Karakteristik/Spesifikasi. Bahan peledak militer harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain :

- Harus memiliki daya hancur yang dahsyat (very?­ brissant).

- Tidak peka terhadap pukulan atau?­ tumbukan.

- Tidak mudah terbakar.?­

- Dapat disimpan dengan stabil.?­

- Tidak menyerap air.?­

- Tidak reaktif terhadap logam.?­

- Dapat dibuat dengan cepat.?­

Jenis bahan peledak militer, antara lain :

­Isian Utama (Main Charges): TNT, RDX, PTEN, TATP/Triacetontriperoksida, Tetryl, Asam Pikrat, Amatol, Tritonal, Pentolite, Tetrytol, Pikratol, Amonal, Ednatol, Explosive D, Composition B, HMK, Haleite, PBX, C-4, dan sejenisnya.

­ Isian Pendorong (Propellants)

Ø Nitro Glycerine Based, seperti : Single Base Propellants ,Double Base Propellants (Ball Powder), Triple Base Propellants, Extruded Impregnated Propellants (EIP), Composite Modified Cast Double Based (CMCDB), Elastomeric Modified Cast Double Based (EMCDB), Crosslinked Cast Double Based (XLCBD), dan sejenisnya.

Ø Composite, seperti : Hydroxyl Terminated Poly Butadieene (HTPB), Carboxyl Terminated Poly Butadiene (CTPB), Glycidyl Azide Polymer (GAP), Poly Urethane, Poly Sulfide dan sejenisnya.

Kegunaan jenis bahan peledak militer adalah untuk latihan dan operasi militer, destruksi/ demolition. Perizinan bahan peledak militer diatur khusus oleh Dephan dan instansi terkait.

  • Bahan Peledak Komersial

Karakteristik/spesifikasi.

Bahan peledak komersial harus memiliki beberapa persyaratan antara lain :

­- Peka terhadap suatu reaksi : panas, getaran, gesekan atau benturan.

- Mempunyai kecepatan detonasi teertentu (high dan low explosive).

- Memiliki daya tahan air (water resistance) terbatas.

- Dapat disimpan dengan stabil.

- Menghasilkan gas-gas hasil peledak, yaitu : gas dalam bentuk molekul lebih stabil.

- Memerlukan stemming/penyumbatan dalam penggunaannya.

Jenis bahan peledak komersial antara lain :

Ø Dinamit, yang dikenal dengan nama “Nitro Glycerine Based Explosives”, Blasting Agents (ANFO) “Water Based Explosives” (slurry, Watergel, Emulsion Explosives).

Ø Bahan peledak pembantu “(Blasting Accessories)” seperti Primer (Booster), Detonator, Sumbu Api, Sumbu Peledak, MS Connector (Detonating Relay), Igniter, Igniter Cord, Connector dan sejenisnya.

Ø Shaped Charges seperti RDX, HMX, dan sejenisnya.

Bahan peledak komersial digunakan untuk pekerjaan tambang yaitu untuk melepaskan batuan dari batuan induknya antara lain : batu bara, emas, tembaga, aspal, industri batu belah, industri batu kapur, dan sebagainya serta untuk operasi penambangan minyak dan gas bumi. Disamping itu, jenis bahan peledak ini digunakan untuk pekerjaan umum diantaranya, untuk pembuatan jalan raya, pembuatan jalan kereta api, pembuatan lapangan terbang, pembuatan terowongan, pembuatan waduk dan irigasi, untuk pekerjaan tambang, pembersihan pelabuhan, penghancuran kepal bekas, pengancuran bangunan tua.

Produsen Amonium Nitrat di Indonesia

Kepemilikan secara ilegal bahan peledak oleh non state actor terutama untuk kegiatan terorisme dan separatisme akan berbahaya dan mengancan ke-amanan nasional maka diperlukan suatu pendekatan pengamanan khusus terhadap bahan peledak dan memperketat pengawasan terhadap perusahaan yang terkait dengan bahan peledak. Sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 125 Tahun 1999 Pasal 5 bahwa Menteri Pertahanan harus melakukan pengawasan terhadap produksi, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian bahan peledak secara berkoordinasi dengan Markas Besar TNI dan Mabes Polri.

Di Indonesia saat ini terdapat sembilan badan usaha yang bergerak di bidang bahan peledak. PT Dahana, PT Pindad, dan PT Pupuk Kaltim adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN), sedangkan enam perusahaan lainnya adalah perusahaan swasta.

Sementara untuk jenis bahan peledak Amonium Nitrat, Pemerintah memberikan lisensi kepada 7 (tujuh) perusahaan, dan hanya PT Multi Nitrotama Kimia yang mempunyai pabrik Amonium Nitrat dengan kapasitas produksi 37.000 Ton/tahun. Pemasok Amonium Nitrat di Indonesia adalah sebagai berikut :


Diperkirakan terdapat penambahan pabrik Amonium Nitrat di Indonesia dan akan merupakan terbesar di ASEAN menyusul kesepakatan empat perusahaan yang tergabung dalam Konsorsium Joint Operation (KJO). PT Dahana (persero); PT Suma Energi Nusantara, PT Pupuk Kaltim Tbk (PKT); dan PT Parna Raya yang tergabung dalam KJO telah merencanakan pembangunan infrastruktur pabrik mulai awal Januari 2007.

Pabrik itu akan dibangun di Bukit Tursina, Loktuan, kawasan Kaltim Industrial Estate (KIE); Bontang, Kalimantan Timur dan diperkirakan akan rampung pada pertengahan 2008. Pabrik Amonium Nitrat ini akan memiliki kapasitas produksi sebesar 200.000 ton per tahun.

Perkembangan Produksi Amonium Nitrat Indonesia


Kegiatan penambangan saat ini banyak yang dilakukan dengan menggunakan bahan peledak tanpa izin. Penggunaan bahan peledak secara liar tersebut tidak hanya dapat merusak lingkungan, namun juga berbahaya bagi manusia di sekitar daerah penambangan tersebut. Bahan peledak yang digunakan merupakan hasil ramuan sendiri. Maraknya penambangan dengan bahan peledak jenis tersebut disebabkan karena sulitnya mendapatkan izin penambangan dengan bahan peledak resmi. Untuk mendapatkan izin penambangan dengan bahan peledak resmi tersebut, pengurusannya harus ke Kapolri di Jakarta dengan tembusan kepada Mentamben, Polda, Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi sehingga berdampak pada lamanya izin turun dan membengkaknya biaya. Izin dari Kapolri tersebut mengharuskan para penambang memakai bahan peledak resmi. Sebagian besar para penambang yang menggunakan bahan peledak tanpa izin adalah penambang dengan skala kecil.


Konsumsi Amonium Nitrat di Indonesia

Konsumsi Amonium Nitrat sejalan dengan perkembangan industri pertambangan. Selama tahun 2003 s.d 2007, rata-rata volume konsumsi Amonium Nitrat di Indonesia kurang lebih 200.000 ton per tahun. Pada tahun 2007 terjadi penurunan konsumsi Amonium Nitrat walaupun masih relative kecil, yaitu sebesar 2,8% dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan ini disebabkan adanya penurunan produksi batubara yang semula 181 juta ton menjadi 175 juta ton di tahun 2007. Volume konsumsi pada periode tersebut

Selasa, 26 Februari 2008

Tinjauan Umum Industri Ethanol di Indonesia

Energi fosil khususnya minyak bumi merupakan sumber energi utama dan sumber devisa negara. Kenyataan menunjukkan bahwa cadangan energi fosil yang dimiliki Indonesia relatif kecil dibandingkan dengan cadangan dunia. Sementara itu, konsumsi energi terus meningkat sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk yang menyebabkan masalah penyediaan energi di masa mendatang.

Potensi energi terbarukan sangat besar seperti biodiesel, bioethanol, panas bumi, energi surya, energi angin, energi samudera, namun saat ini pemanfaatannya masih sangat kecil. Hal ini terutama disebabkan harga energi terbarukan belum kompetitif bila dibandingkan dengan harga energi fosil. Belum kompetitifnya harga energi terbarukan disebabkan di antaranya oleh penerapan kebijaksanaan harga energi yang selama ini diberlakukan. Perberlakuan kebijakan subsidi harga energi yang cukup lama, menyebabkan pula pemakaian energi di semua sektor relatif tidak efisien.

Disisi lain cadangan minyak bumi yang semakin berkurang, sehingga perlu sumber energi alternatif selain energi yang bersumber dari energi fosil yaitu renewable energy. Salah satu sumber energi yang saat ini sedang dikembangkan adalah bahan bakar bio-diesel.

Ethanol yang lebih dikenal oleh masyarakat Indonesia dengan nama “Alkohol” yang mempunyai rumus kimia C2H5OH mempunyai ciri khas cairan yang jernih (tidak berwarna), mudah menguap, dapat terbakar dan berbau khas alkohol dan digunakan sebagai pelarut paling penting sesudah air.

Ethanol yang diproduksi di Indonesia mayoritas masih digunakan oleh industri minuman dan juga industri lain yang menggunakan ethanol sebagai bahan baku pelarut. Berikut merupakan perincian industri yang menggunakan ethanol sebagai bahan bakunya:

Produksi Ethanol

Perkembangan produksi ethanol Indonesia dari periode tahun 2003 s.d. 2005 terus mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 3% per tahun. Pada tahun 2003 produksi ethanol sebesar 158.308 KL dan meningkat menjadi 167.984 KL di tahun 2005.

Ekspor – Impor

Perkembangan volume ekspor ethanol Indonesia selama periode tahun 2000 s.d. 2004 berfluktuasi dengan menunjukan trend yang menurun. Pada tahun 2000 volume ekspor ethanol sebesar 36.840 KL dan menurun sebesar 39,4% di tahun 2001 menjadi 22.315 KL, ditahun berikutnya volume ekspor kembali meningkat sebesar 50,4% menjadi 33.572 KL. Setelah itu pada tahun 2003 s.d. 2004 volume ekspor terus menurun hingga menjadi 27.082 KL di tahun 2004.

Perkembangan volume impor ethanol selama periode tahun 2000 s.d. 2004 terus mengalami fluktasi dengan menunjukan trend yang menurun. Pada tahun 2000, volume impor ethanol 2.688 KL, setelah itu berfluktuasi dan meningkat menjadi 3.453 KL di tahun 2002. Di tahun 2003 volume impor turun drastis sebesar –99,3% menjadi hanya 23 KL, dan ditahun 2004 kembali meningkat menjadi 759 KL.

Berfluktuasi dan cenderung menurunnya trend volume impor ethanol selama periode tersebut disebabkan oleh karena mulai berkembangnya industri ethanol dalam negeri yang pada akhirnya konsumsi dalam negeri dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri sendiri.

Harga Jual

Perkembangan harga jual ethanol berdasarkan harga ekspor yang berlaku dipasaran berdasarkan data yang diperoleh dari Departemen Perindustrian dapat dilihat bahwa selama periode tahun 2000 s.d. 2004 harga jual cenderung stabil. Kenaikan harga jual yang signifikan hanya terjadi pada tahun 2001 yang sebesar 29% menjadi Rp 3.514 per liter yang sebelumnya Rp 2.724 per liter.

Data perkembangan harga bio-ethanol nasional belum dapat dilihat, oleh karena kebijakan tentang penggunaan bahan bakar nabati baru dikeluarkan pada tahun 2006. Namun saat ini Pemerintah sudah mengkomersialkan penggunaan bahan bakar bio-premium dengan pilot project berada di daerah Jawa Timur, harga jual yang ditetapkan adalah Rp 4.500,- per liter dengan kadar ethanol sebesar 5%.

Berdasarkan data yang didapat dari ethanol market, perkembangan harga ethanol (fuel grade) di Amerika Serikat sejak Mei 2005 s.d. Januari 2007 menunjukan trend yang berfluktuasi. pada Januari 2007 harga ethanol berada di posisi 215,07 cents per gallon (cpg). Berikut merupakan grafik perkembangan harga ethanol (fuel grade) di Amerika Serikat:

Dengan harga jual di pasar Amerika Serikat yang sebesar 215,07 cpg, maka setelah di konversi didapatkan harga jual sebesar $ 568 per KL, dan jika di konversi ke kurs Rupiah maka nilai yang didapat adalah sebesar Rp 5.114 per liter.

TEKNOLOGI PRODUKSI ETHANOL

Teknologi produksi bioethanol berikut ini diasumsikan menggunakan jagung sebagai bahan baku, tetapi tidak menutup kemungkinan digunakannya biomassa yang lain, terutama molase.

Secara umum, produksi bioethanol ini mencakup 3 (tiga) rangkaian proses, yaitu: Persiapan Bahan baku, Fermentasi, dan Pemurnian.

Persiapan Bahan Baku
Bahan baku untuk produksi biethanol bisa didapatkan dari berbagai tanaman, baik yang secara langsung menghasilkan gula sederhana semisal Tebu (sugarcane), gandum manis (sweet sorghum) atau yang menghasilkan tepung seperti jagung (corn), singkong (cassava) dan gandum (grain sorghum) disamping bahan lainnya.
Persiapan bahan baku beragam bergantung pada bahan bakunya, tetapi secara umum terbagi menjadi beberapa proses, yaitu:

Tebu dan Gandum manis harus digiling untuk mengektrak gula
Tepung dan material selulosa harus dihancurkan untuk memecahkan susunan tepungnya agar bisa berinteraksi dengan air secara baik

Pemasakan, Tepung dikonversi menjadi gula melalui proses pemecahan menjadi gula kompleks (liquefaction) dan sakarifikasi (Saccharification) dengan penambahan air, enzyme serta panas (enzim hidrolisis). Pemilihan jenis enzim sangat bergantung terhadap supplier untuk menentukan pengontrolan proses pemasakan.

Tahap Liquefaction memerlukan penanganan sebagai berikut:
Pencampuran dengan air secara merata hingga menjadi bubur
Pengaturan pH agar sesuai dengan kondisi kerja enzim

Penambahan enzim (alpha-amilase) dengan perbandingan yang tepat
Pemanasan bubur hingga kisaran 80 sd 90 C, dimana tepung-tepung yang bebas akan mengalami gelatinasi (mengental seperti Jelly) seiring dengan kenaikan suhu, sampai suhu optimum enzim bekerja memecahkan struktur tepung secara kimiawi menjadi gula komplek (dextrin). Proses Liquefaction selesai ditandai dengan parameter dimana bubur yang diproses menjadi lebih cair seperti sup.

Tahap sakarifikasi (pemecahan gula kompleks menjadi gula sederhana) melibatkan proses sebagai berikut:
Pendinginan bubur sampai suhu optimum enzim sakarifikasi bekerja
Pengaturan pH optimum enzim
Penambahan enzim (glukoamilase) secara tepat
Mempertahankan pH dan temperature pada rentang 50 sd 60 C sampai proses sakarifikasi selesai (dilakukan dengan pengetesan gula sederhana yang dihasilkan)

Fermentasi
Pada tahap ini, tepung telah sampai pada titik telah berubah menjadi gula sederhana (glukosa dan sebagian fruktosa) dimana proses selanjutnya melibatkan penambahan enzim yang diletakkan pada ragi (yeast) agar dapat bekerja pada suhu optimum.

Proses fermentasi ini akan menghasilkan etanol dan CO2.
Bubur kemudian dialirkan kedalam tangki fermentasi dan didinginkan pada suhu optimum kisaran 27 sd 32 C, dan membutuhkan ketelitian agar tidak terkontaminasi oleh mikroba lainnya. Karena itu keseluruhan rangkaian proses dari liquefaction, sakarifikasi dan fermentasi haruslah dilakukan pada kondisi bebas kontaminan.
Selanjutnya ragi akan menghasilkan ethanol sampai kandungan etanol dalam tangki mencapai 8 sd 12 % (biasa disebut dengan cairan beer), dan selanjutnya ragi tersebut akan menjadi tidak aktif, karena kelebihan etanol akan berakibat racun bagi ragi.

Dan tahap selanjutnya yang dilakukan adalah destilasi, namun sebelum destilasi perlu dilakukan pemisahan padatan-cairan, untuk menghindari terjadinya clogging selama proses distilasi.

Distilasi
Distilasi dilakukan untuk memisahkan etanol dari beer (sebagian besar adalah air dan etanol).
Titik didih etanol murni adalah 78 C sedangkan air adalah 100 C (Kondisi standar). Dengan memanaskan larutan pada suhu rentang 78 - 100 C akan mengakibatkan sebagian besar etanol menguap, dan melalui unit kondensasi akan bisa dihasilkan etanol dengan konsentrasi 95 % volume.

PERALATAN PROSES
Adapun rangkaian peralatan proses adalah sebagai berikut:Peralatan penggilinganPemasak, termasuk support, pengaduk dan motor, steam line dan insulasi External Heat Exchanger Pemisah padatan - cairan (Solid Liquid Separators) Tangki Penampung Bubur Unit Fermentasi (Fermentor) dengan pengaduk serta motorUnit Distilasi, termasuk pompa, heat exchanger dan alat kontrolBoiler, termasuk system feed water dan softenerTangki Penyimpan sisa, termasuk fitting Tangki penyimpan air hangat, termasuk pompa dan pneumatik Pompa Utilitas, Kompresor dan kontrol Perpipaan dan Electrikal Peralatan LaboratoriumLain-lain, termasuk alat-alat maintenance

Sumber : Migas Indonesia-Online